Presiden Iran Membuat Rencana Evakuasi Warga Usai Kekeringan. Dalam pidato yang disiarkan secara nasional pada Jumat, 7 November 2025, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengumumkan rencana darurat untuk evakuasi warga Tehran jika kekeringan parah yang melanda negara itu tak kunjung reda. Situasi ini, yang disebut sebagai krisis air terburuk dalam sejarah modern, telah membuat cadangan air minum di ibu kota hampir habis, dengan ancaman penurunan curah hujan mencapai 100 persen di wilayah metropolitan. Pezeshkian, yang baru setahun menjabat, tak ragu menekankan urgensi: jika hujan tak turun akhir bulan ini, rasionalisasi air akan diberlakukan, dan jika kondisi memburuk, evakuasi massal jadi opsi terakhir. Langkah ini mencerminkan keputusasaan pemerintah menghadapi dampak perubahan iklim yang memperburuk kelangkaan sumber daya, di tengah tantangan ekonomi dan sanksi internasional. Bagi jutaan penduduk Tehran yang bergantung pada air dari sungai dan waduk yang kering kerontang, pengumuman ini bukan sekadar peringatan, tapi panggilan untuk bertindak cepat. Apa yang mendorong krisis ini, dan bagaimana rencananya berjalan? Mari kita telaah lebih lanjut. REVIEW KOMIK
Latar Belakang Krisis Air yang Memburuk: Presiden Iran Membuat Rencana Evakuasi Warga Usai Kekeringan
Kekeringan di Iran bukan fenomena baru, tapi skala saat ini benar-benar luar biasa. Sejak awal 2025, wilayah tengah dan utara negara itu mengalami musim kering terpanjang dalam satu abad, dengan curah hujan di Tehran dan sekitarnya nyaris nol persen dibanding rata-rata tahunan. Faktor utamanya adalah perubahan iklim global yang mengurangi pola hujan musiman, ditambah pengelolaan sumber daya air yang kurang efisien selama dekade terakhir. Waduk-waduk utama seperti Lar dan Amirkabir kini hanya berisi 20 persen kapasitas, sementara sungai Karun di selatan hampir mengering, memengaruhi irigasi pertanian yang menyumbang 70 persen konsumsi air nasional.
Pemerintah Pezeshkian mewarisi masalah ini dari pendahulunya, tapi sanksi ekonomi Barat sejak 2018 memperburuknya dengan membatasi impor teknologi desalinasi dan perbaikan infrastruktur. Hasilnya, produksi listrik dari pembangkit air turun drastis, memicu pemadaman bergilir yang memukul industri dan rumah tangga. Di Tehran, kota dengan 9 juta penduduk, air minum bisa habis dalam dua minggu jika tak ada intervensi, seperti yang diungkap pejabat setempat awal November. Krisis ini juga memicu protes sporadis di provinsi Isfahan dan Khuzestan, di mana petani kehilangan panen dan warga kesulitan akses air bersih. Secara keseluruhan, kekeringan ini tak hanya ancam kesehatan publik, tapi juga stabilitas sosial, dengan potensi migrasi paksa yang bisa menambah beban kota-kota lain seperti Isfahan atau Tabriz.
Rincian Rencana Evakuasi dan Langkah Pencegahan: Presiden Iran Membuat Rencana Evakuasi Warga Usai Kekeringan
Rencana evakuasi yang diumumkan Pezeshkian dirancang bertahap, mulai dari penghematan hingga relokasi darurat. Langkah pertama adalah kampanye nasional untuk kurangi penggunaan air minimal 20 persen per rumah tangga, termasuk pembatasan mandi, cuci mobil, dan irigasi taman. Jika hujan tak datang akhir November, rasionalisasi diterapkan: pasokan air dipotong 40 persen di zona rawan, dengan distribusi melalui truk tangki prioritas untuk rumah sakit dan sekolah. Evakuasi penuh baru jadi opsi jika cadangan di bawah 10 persen, menargetkan 2-3 juta warga rentan seperti lansia dan anak-anak ke provinsi utara yang lebih basah.
Pemerintah telah menyiapkan pusat pengungsian sementara di pinggiran Tehran, lengkap dengan tenda, makanan, dan fasilitas sanitasi dasar, didukung anggaran darurat 500 miliar rial. Koordinasi melibatkan Kementerian Dalam Negeri dan Pasukan Pengawal Revolusi untuk logistik, sementara aplikasi mobile baru diluncurkan untuk lapor kelangkaan air real-time. Pezeshkian juga mendorong investasi jangka panjang, seperti proyek pipa air dari Laut Kaspia dan desalinasi di Teluk Persia, meski tantangan teknis dan dana jadi hambatan. Rencana ini, meski ambisius, mendapat pujian dari pakar lingkungan karena fokus pada pencegahan, tapi kritik muncul soal keterlambatan—banyak warga sudah mulai migrasi sukarela ke desa relatif.
Dampak Sosial, Ekonomi, dan Respons Global
Krisis ini berpotensi ciptakan gelombang dampak luas. Secara sosial, evakuasi bisa picu kekacauan di Tehran, dengan risiko peningkatan kemiskinan dan ketegangan etnis di daerah tujuan. Ekonomi nasional, yang sudah terpuruk dengan inflasi 40 persen, akan terpukul lebih keras: sektor pertanian kehilangan miliaran dolar, sementara pariwisata dan manufaktur terganggu oleh kekurangan air. Di tingkat global, PBB dan Uni Eropa menyambut baik rencana Pezeshkian dengan tawaran bantuan teknis, termasuk satelit pemantauan iklim dari Badan Cuaca Dunia. China, mitra dagang utama, berjanji dukung proyek infrastruktur, sementara AS—meski tegang—menyarankan dialog melalui saluran tidak resmi untuk ringankan sanksi terkait lingkungan.
Respons domestik campur aduk: kelompok reformis memuji transparansi presiden, tapi oposisi menuduh pemerintah abaikan akar masalah seperti korupsi di pengelolaan air. Di sisi positif, krisis ini dorong inovasi lokal, seperti sistem penyaring air rumah tangga yang murah. Namun, tanpa hujan musim dingin, evakuasi bisa jadi realitas, memaksa Iran prioritaskan ketahanan iklim di agenda diplomatiknya. Secara keseluruhan, ini jadi ujian bagi kepemimpinan Pezeshkian untuk satukan bangsa di tengah tekanan luar.
Kesimpulan
Pengumuman rencana evakuasi Presiden Pezeshkian adalah langkah berani menghadapi kekeringan yang mengancam fondasi Iran modern. Dengan tahapan dari penghematan hingga relokasi, pemerintah berusaha lindungi jutaan nyawa, meski tantangan sosial dan ekonomi tetap menjulang. Krisis ini ingatkan dunia akan urgensi aksi iklim kolektif, di mana bantuan internasional bisa jadi kunci. Ke depan, harapannya hujan segera turun dan reformasi jangka panjang berjalan lancar, agar Tehran tak jadi kota hantu. Di saat seperti ini, ketangguhan rakyat Iran jadi harapan terbesar—bukti bahwa bahkan di tengah kekeringan, semangat bertahan bisa lahirkan solusi baru untuk masa depan yang lebih hijau.