Pemerintah Tutup Jalur Pendakian Gunung Rinjani. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), melalui Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), resmi menutup seluruh jalur pendakian Gunung Rinjani mulai 18 Juli 2025 hingga batas waktu yang belum ditentukan. Keputusan ini diambil menyusul kondisi cuaca ekstrem yang melanda wilayah Lombok, ditandai dengan hujan lebat, angin kencang, dan potensi longsor di beberapa titik jalur pendakian. Penutupan ini mencakup semua jalur resmi, termasuk jalur Senaru, Sembalun, Torean, dan Timbanuh, sebagai langkah untuk memastikan keselamatan pendaki di tengah prediksi cuaca buruk dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Keputusan ini menjadi sorotan karena Gunung Rinjani, salah satu destinasi pendakian favorit di Indonesia, menarik ribuan wisatawan lokal dan mancanegara setiap tahunnya. BERITA BOLA
Alasan Penutupan Jalur Pendakian
Kepala Balai TNGR, Dedy Asriady, menjelaskan bahwa penutupan jalur pendakian dilakukan setelah menerima laporan dari BMKG tentang kondisi cuaca ekstrem yang diperkirakan berlangsung hingga akhir Juli 2025. Hujan deras yang terjadi sejak awal pekan telah menyebabkan longsor kecil di beberapa titik jalur Senaru dan meningkatkan risiko banjir lahar di jalur Torean. Selain itu, angin kencang dengan kecepatan hingga 40 km/jam meningkatkan bahaya pohon tumbang di jalur Sembalun. “Keselamatan pendaki adalah prioritas utama. Kami tidak ingin mengambil risiko dengan kondisi cuaca seperti ini,” ujar Dedy. Data dari TNGR menunjukkan bahwa sepanjang 2024, tercatat tiga insiden kecelakaan akibat cuaca buruk, termasuk satu kasus fatal di jalur Senaru, yang menjadi dasar pengambilan keputusan cepat kali ini.
Dampak bagi Pendaki dan Wisata Lokal
Penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani berdampak signifikan bagi para pendaki dan pelaku usaha wisata di Lombok. Ribuan pendaki, baik lokal maupun mancanegara, terpaksa menunda rencana pendakian mereka, terutama karena Juli merupakan puncak musim pendakian. Asosiasi Pendaki Gunung Indonesia (APGI) wilayah NTB menyatakan bahwa setidaknya 1.500 pendaki telah memesan kuota pendakian untuk Juli 2025, yang kini harus dibatalkan atau dijadwal ulang. Pelaku usaha lokal, seperti pemandu wisata, penyedia jasa porter, dan pengelola homestay di Desa Sembalun dan Senaru, juga merasakan dampak ekonomi. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sembalun, Ahmad Yani, memperkirakan kerugian ekonomi mencapai Rp500 juta per minggu akibat penutupan ini. Namun, ia mendukung keputusan pemerintah demi keselamatan.
Upaya Mitigasi dan Koordinasi
Balai TNGR tidak hanya menutup jalur pendakian, tetapi juga mengintensifkan langkah mitigasi untuk mengurangi risiko bencana. Tim SAR gabungan dari TNGR, TNI, Polri, dan BPBD NTB dikerahkan untuk memantau jalur pendakian dan memastikan tidak ada pendaki yang tertinggal di gunung. Selain itu, pemasangan rambu peringatan dan penutupan fisik di pintu masuk jalur telah dilakukan untuk mencegah pendaki nekat. BMKG juga terus memberikan pembaruan cuaca harian kepada TNGR untuk menentukan kapan jalur dapat dibuka kembali. “Kami akan membuka jalur begitu kondisi cuaca stabil dan jalur dinyatakan aman,” kata Dedy. Pemerintah setempat juga mengimbau pendaki untuk memantau informasi resmi melalui situs TNGR dan aplikasi e-Rinjani untuk pembaruan status pendakian.
Konteks Keselamatan dan Sejarah Penutupan: Pemerintah Tutup Jalur Pendakian Gunung Rinjani
Gunung Rinjani, dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, dikenal sebagai salah satu gunung berapi aktif yang menantang di Indonesia. Selain keindahan Danau Segara Anak dan pemandangan puncaknya, gunung ini juga memiliki risiko tinggi akibat cuaca ekstrem dan aktivitas vulkanik. Penutupan jalur pendakian bukan hal baru; pada 2018, gempa bumi Lombok menyebabkan penutupan selama berbulan-bulan akibat longsor dan kerusakan jalur. Pada 2023, kebakaran hutan di jalur Sembalun juga memaksa penutupan sementara. Data TNGR mencatat bahwa rata-rata 50.000 pendaki mengunjungi Rinjani setiap tahun, dengan 60 persen di antaranya adalah wisatawan mancanegara, menjadikan keselamatan sebagai prioritas utama dalam pengelolaan taman nasional ini.
Imbauan kepada Pendaki dan Masyarakat: Pemerintah Tutup Jalur Pendakian Gunung Rinjani
Pemerintah Provinsi NTB dan Balai TNGR mengimbau pendaki untuk mematuhi larangan pendakian demi menghindari risiko kecelakaan. Pendaki yang telah memesan kuota diminta menghubungi TNGR untuk pengembalian dana atau penjadwalan ulang. Selain itu, masyarakat di sekitar Rinjani, terutama di Desa Senaru dan Sembalun, diminta waspada terhadap potensi banjir lahar dan longsor akibat hujan lebat. Pemerintah juga mendorong pelaku wisata lokal untuk beralih ke destinasi alternatif, seperti wisata budaya di Sade atau pantai di Lombok Tengah, untuk menjaga pendapatan selama penutupan.
Penutup: Pemerintah Tutup Jalur Pendakian Gunung Rinjani
Penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani akibat cuaca ekstrem menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengutamakan keselamatan pendaki dan masyarakat. Meski berdampak pada sektor wisata lokal, keputusan ini diambil untuk mencegah tragedi di tengah kondisi alam yang tidak dapat diprediksi. Dengan koordinasi yang erat antara TNGR, BMKG, dan pihak terkait, diharapkan jalur pendakian dapat segera dibuka kembali setelah cuaca membaik. Hingga saat itu, pendaki dan pelaku wisata diminta bersabar dan mendukung upaya mitigasi bencana, demi menjaga keindahan dan keamanan Gunung Rinjani sebagai salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia.