Israel-Hamas Melanggar Gencatan Senjata Gaza

israel-hamas-melanggar-gencatan-senjata-gaza

Israel-Hamas Melanggar Gencatan Senjata Gaza. Gencatan senjata Gaza yang rapuh sejak Maret 2025 kini kembali diuji, dengan tuduhan pelanggaran dari Israel dan Hamas yang makin memanas. Pada 16 Oktober 2025, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan penutupan sementara perbatasan Rafah, menyalahkan Hamas atas kegagalan menyerahkan jenazah sandera sesuai kesepakatan. Di sisi lain, Hamas balas tuduh Israel lakukan serangan drone yang tewaskan tiga warga Gaza, langgar komitmen bantuan kemanusiaan. Situasi ini picu kekhawatiran eskalasi, terutama setelah Presiden AS Donald Trump ancam “masuk dan bunuh” anggota Hamas jika kesepakatan gagal. Dengan 19 jenazah sandera tersisa dan bantuan makanan terhenti, perdamaian pasca-gencatan senjata terancam runtuh. Di tengah mediasi Qatar dan Mesir, pertanyaan besar: apakah ini awal akhir damai, atau cuma gertakan sementara? Dari tuduhan saling lempar hingga implikasi global, mari kita lihat dinamika yang bikin Gaza kembali gelisah. BERITA TERKINI

Tuduhan Israel: Penutupan Rafah dan Ancaman Reoccupasi: Israel-Hamas Melanggar Gencatan Senjata Gaza

Israel tak segan ambil langkah tegas setelah tuduh Hamas tunda serah terima jenazah. Netanyahu bilang IDF siap “kembali bertempur” jika 19 jenazah sandera tak diserahkan dalam 72 jam, ancam batasi bantuan kemanusiaan yang selama gencatan senjata biarkan masuk 500 truk makanan per hari. Penutupan Rafah ini klaim tewaskan 10 warga Gaza karena kelaparan, meski Israel bilang “hanya sementara untuk tekan Hamas”. Ini bagian dari pola: sejak gencatan senjata Maret, Israel lakukan 15 serangan “terbatas” yang klaim 50 nyawa, katanya untuk cegah roket Hamas.

Ancaman reoccupasi Gaza Utara lagi jadi kartu as Netanyahu, yang hadapi kritik domestik soal keamanan pasca-serangan 7 Oktober 2023. Ia sebut Hamas “manipulasi jenazah untuk propaganda”, meski forensik IDF akui butuh bantuan identifikasi karena kerusakan ledakan. Tuduhan ini picu demo di Tel Aviv, di mana keluarga sandera tuntut aksi lebih keras. Di sisi lain, PBB sebut penutupan Rafah langgar komitmen, tambah krisis kemanusiaan di Gaza yang sudah klaim 40.000 jiwa. Tuduhan Israel ini strategi tekanan: batasi bantuan untuk paksa Hamas patuh, tapi risiko eskalasi tinggi—jika tempur nyala, korban sipil bisa naik tajam.

Balasan Hamas: Tuduhan Serangan Drone dan Propaganda Jenazah: Israel-Hamas Melanggar Gencatan Senjata Gaza

Hamas tak tinggal diam; kelompok itu tuduh Israel langgar gencatan senjata dengan serangan drone di Rafah yang tewaskan tiga warga sipil, termasuk anak-anak. Serah terima sembilan jenazah sandera pada 15 Oktober jadi respons, tapi Hamas bilang proses lambat karena “kondisi lapangan sulit”—reruntuhan Gaza penuh puing, dan identifikasi DNA butuh waktu 48 jam per jenazah. Mereka sebut jenazah rusak parah akibat bombardir IDF, pakai video propaganda untuk tunjukkan “kebiadaban Israel”, picu demo di Teheran dan Beirut.

Tuduhan Hamas ini alat bertahan: mereka tuntut tukar jenazah dengan 200 tahanan politik, termasuk warga Palestina ditahan tanpa dakwa. Sumber Hamas klaim Israel sengaja bombardir zona aman untuk picu krisis sipil, di mana kelaparan sudah tewaskan 50 nyawa sejak gencatan senjata. Di Gaza, Hamas perketat kontrol untuk cegah kolaborator, tapi ini picu bentrokan faksi yang tewaskan 30 warga. Balasan ini tunjukkan strategi Hamas: tunda tapi patuh minimal, sambil tekan opini global via media sosial. Jika Israel eksekusi ancaman, Hamas siap balas dengan roket dari Lebanon, eskalasi yang libatkan Hezbollah dan picu perang regional.

Peran Trump: Ancaman “Bunuh” Hamas dan Mediasi AS

Presiden AS Donald Trump ikut campur dengan klarifikasi ancamannya untuk “masuk dan bunuh” anggota Hamas, yang ia sebut “langkah akhir” rencana damai 20 poin Gaza. Pada 17 Oktober, Trump bilang pernyataan itu “untuk tekan Hamas patuh”, bukan genosida—tapi tetap picu kontroversi di PBB yang sebut “provokatif”. Rencana Trump janji “Gaza bebas senjata” dengan bantuan AS 10 miliar dolar untuk rekonstruksi, syarat Hamas dibubarkan total.

Klarifikasi ini datang saat utusan Trump, Steve Witkoff, bertemu Qatar untuk mediasi—ia tekankan “damai jangka panjang butuh Gaza makmur”. Tapi Hamas tolak, sebut rencana itu “penjajahan baru”. Trump kritik Netanyahu soal “terlalu lambat”, tapi AS bisa potong bantuan militer Israel 3 miliar dolar jika tempur nyala lagi. Peran Trump ini tunjukkan dinamika AS-Israel: sekutu tapi tegang, dengan Trump dorong “deal abad ini” sebelum akhir jabatan. Mediasi AS beri harapan, tapi syaratnya keras—Hamas harus bubar, Israel batasi operasi. Jika gagal, eskalasi bisa picu perang lebih luas.

Kesimpulan

Pelanggaran gencatan senjata Gaza antara Israel dan Hamas adalah ujian rapuhnya perdamaian yang baru lahir. Dari ancaman penutupan Rafah Netanyahu, tuduhan serangan drone Hamas, hingga klarifikasi Trump yang campur aduk, semuanya tunjukkan konflik ini masih jauh dari selesai. Dengan 19 jenazah sandera tersisa dan risiko krisis kemanusiaan, tekanan global naik—PBB dan Qatar dorong mediasi netral. Bagi Israel, ini strategi tekan; bagi Hamas, peluang bertahan. Trump beri janji damai, tapi syaratnya ekstrem. Saat November mendekat, dunia tunggu: apakah kesepakatan bertahan, atau Gaza nyala lagi? Satu hal pasti, perdamaian Gaza tak instan—ia butuh kompromi, bukan ancaman.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *