Demo BBM di Ekuador Rusuh, Presiden Diserang

demo-bbm-di-ekuador-rusuh-presiden-diserang

Demo BBM di Ekuador Rusuh, Presiden Diserang. Ekuador kembali bergolak dengan demonstrasi besar-besaran yang memasuki hari kedelapan pada akhir September 2025. Pemicunya sederhana tapi menyakitkan: kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), khususnya diesel, akibat penghapusan subsidi oleh pemerintah Presiden Daniel Noboa. Apa yang dimulai sebagai aksi damai petani dan pekerja transportasi cepat berubah menjadi kerusuhan nasional, menewaskan satu demonstran dan melukai puluhan orang. Puncaknya terjadi Minggu malam, 28 September, ketika konvoi bantuan kemanusiaan yang dipimpin Noboa diserang massa di Provinsi Imbabura. Serangan itu bukan hanya merusak kendaraan, tapi juga menyandera 17 tentara dan melukai 12 lainnya. Insiden ini menandai eskalasi berbahaya, di mana tuntutan ekonomi bertabrakan dengan respons keamanan yang tegas, mengguncang stabilitas negara Amerika Selatan ini. BERITA VOLI

Latar Belakang Kebijakan dan Awal Demonstrasi: Demo BBM di Ekuador Rusuh, Presiden Diserang

Semua bermula dari dekrit ekonomi Noboa yang diterbitkan awal September. Pemerintah menghapus subsidi diesel, yang selama puluhan tahun menjadi penopang bagi rakyat miskin—sepertiga populasi Ekuador hidup di bawah garis kemiskinan. Harga diesel melonjak dari 1,80 dolar AS menjadi 2,80 dolar AS per galon, atau sekitar 48 sen menjadi 74 sen per liter. Alasan resmi: menghemat 1,1 miliar dolar AS dari anggaran negara, yang rencananya dialihkan ke bantuan sosial dan dukungan pertanian. Noboa, yang terpilih kembali April lalu dengan janji keras terhadap kartel narkoba, menyebut langkah ini krusial untuk reformasi fiskal dan mengurangi beban subsidi yang tak tepat sasaran.

Tapi bagi warga, ini pukulan telak. Sektor transportasi lumpuh karena biaya operasional naik tajam, petani kesulitan mengangkut hasil panen, dan harga pangan ikut meroket. Demonstrasi pertama meletus 16 September di tujuh provinsi, dipicu serikat pekerja transportasi. Ribuan orang memblokir jalan raya utama, membakar ban, dan menuntut pencabutan dekrit. Konfederasi Nasionalitas Indigenous Ekuador (CONAIE), kelompok adat berpengaruh yang pernah menggulingkan tiga presiden sejak 1997, segera bergabung. Mereka menyerukan mogok nasional tak terbatas, menyoroti bagaimana kebijakan ini merugikan komunitas adat yang bergantung pada pertanian subsisten. Dalam hitungan hari, aksi menyebar ke Quito, Guayaquil, dan wilayah pegunungan seperti Imbabura dan Cotopaxi. Noboa merespons dengan deklarasi darurat 60 hari di delapan provinsi, memberdayakan militer untuk membubarkan kerumunan dan memberlakukan jam malam di lima daerah.

Insiden Serangan terhadap Konvoi Presiden

Puncak kekerasan terjadi 28 September di Cotacachi, Imbabura. Konvoi Noboa membawa bantuan makanan ke daerah terdampak protes, ditemani diplomat asing seperti Duta Besar Vatikan Andres Carrascosa, UE Jekaterina Dorodnova, dan Italia Giovanni Davoli. Saat memasuki provinsi itu, sekitar 350 orang—campuran demonstran dan kelompok tak dikenal—menyerang dengan batu, molotov, dan kembang api. Kaca mobil pecah, beberapa kendaraan rusak berat. Noboa sendiri selamat, tapi 12 tentara pengawal terluka parah, dan 17 lainnya disandera sementara oleh massa. Gambar berdarah-darah prajurit beredar luas, memicu kemarahan militer yang menyebut penyerang sebagai “kelompok teroris yang menyusup”.

Pemerintah langsung menyalahkan infiltrator, termasuk dugaan keterlibatan kartel Venezuela Tren de Aragua yang disebut membiayai protes. Menteri Pemerintahan Zaida Rovira menyebutnya “penyergapan pengecut oleh kelompok kriminal”. Noboa memposting foto kerusakan di X, menuduh penyerang “menghalangi kemajuan Ekuador dengan kekerasan”. Sementara itu, CONAIE menyangkal tuduhan, menyebut serangan itu respons spontan terhadap represi militer. Insiden ini tak hanya menewaskan Efrain Fuerez, aktivis adat berusia 46 tahun yang ditembak tiga kali oleh pasukan bersenjata, tapi juga memicu penangkapan hampir 100 orang, termasuk 13 warga Kichwa Otavalo yang dituduh terorisme dan dipindah ke penjara keamanan tinggi.

Dampak Sosial, Ekonomi, dan Respons Internasional

Kerusuhan ini meninggalkan luka dalam. Ekonomi terpukul: blokade jalan lumpuhkan distribusi barang, inflasi pangan naik 15% dalam seminggu, dan sektor pariwisata di pegunungan hampir mati suri. Lebih dari 47 orang ditangkap, termasuk dua warga asing diduga terkait kartel. CONAIE mengecam “represi brutal” yang membekukan rekening aktivis dan menangguhkan media kritis, sementara pemerintah tuduh kelompok adat lindungi kepentingan ekstraktif ilegal. Di sisi lain, Noboa dorong rencana ekspansi minyak senilai 47 miliar dolar di Amazon, yang ditentang tujuh suku adat karena ancam tanah leluhur.

Internasional bereaksi cepat. Dewan HAM PBB, melalui Jan Jarab, desak dialog mendesak dan probe kematian Fuerez. Duta Besar Italia sebut serangan konvoi sebagai “aksi teroris terhadap kepala negara”. Kantor Kejaksaan Ekuador janji investigasi independen atas dugaan penyalahgunaan kekerasan, sementara AS dan UE ingatkan warga patuhi aturan darurat. Aktivis lingkungan seperti Astrid Puentes Riaño soroti kriminalisasi protes adat, yang katanya langgar standar internasional. Situasi ini ingatkan pada pemberontakan 2019 dan 2022, di mana CONAIE paksa mundur kebijakan serupa—pertanyaannya, apakah Noboa akan bertahan?

Kesimpulan: Demo BBM di Ekuador Rusuh, Presiden Diserang

Demonstrasi BBM di Ekuador bukan sekadar protes harga, tapi cermin ketidakadilan struktural: kebijakan reformasi yang abaikan realita rakyat miskin. Serangan terhadap Noboa eskalasi tragis yang bisa picu spiral kekerasan lebih luas, terutama dengan tuduhan kartel dan represi militer. Saat darurat berlanjut, dialog jadi kunci—bukan bala atau blokade. Ekuador butuh solusi inklusif: subsidi targeted untuk petani, transparansi anggaran, dan lindungi hak adat. Tanpa itu, api kemarahan bisa membakar fondasi negara. Noboa punya peluang ubah narasi dari konfrontasi ke kolaborasi, tapi waktunya sempit. Rakyat Ekuador, yang sudah lama berjuang, pantas dapatkan kedamaian dan keadilan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *