Iran Perang Total Melawan AS, Israel, dan Eropa. Presiden Iran Masoud Pezeshkian baru-baru ini menyatakan bahwa negaranya sedang berada dalam perang total atau perang habis-habisan melawan Amerika Serikat, Israel, dan Eropa. Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara yang dipublikasikan pada 27 Desember 2025, di tengah ketegangan yang masih tinggi pasca-konflik langsung antara Iran dan Israel pada Juni lalu. Pezeshkian menyoroti tekanan ekonomi, sanksi internasional, serta serangan militer sebelumnya sebagai bentuk perang multifaset yang lebih rumit daripada konflik konvensional. BERITA OLAHRAGA
Latar Belakang Konflik Terkini: Iran Perang Total Melawan AS, Israel, dan Eropa
Konflik ini berakar pada perang 12 hari antara Iran dan Israel pada Juni 2025, yang dipicu serangan mendadak Israel terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran, dengan dukungan AS. Serangan tersebut menewaskan ratusan orang di Iran, termasuk komandan senior dan ilmuwan nuklir, sementara balasan misil Iran menyebabkan korban di Israel.
Pasca-perang, Eropa—melalui Prancis, Jerman, dan Inggris—mengembalikan sanksi PBB terhadap program nuklir Iran pada September 2025. Pezeshkian menyebut kombinasi serangan militer, sanksi ekonomi, dan upaya destabilisasi internal sebagai perang total yang bertujuan melemahkan Iran secara keseluruhan. Ia membandingkannya dengan Perang Iran-Irak 1980-1988, tapi menilai yang sekarang lebih kompleks karena melibatkan dimensi ekonomi dan psikologis.
Pernyataan Pezeshkian dan Implikasinya: Iran Perang Total Melawan AS, Israel, dan Eropa
Dalam wawancaranya, Pezeshkian menegaskan bahwa AS, Israel, dan Eropa tidak ingin Iran berdiri tegak, sehingga melancarkan perang dari segala sisi. Ia memperingatkan bahwa serangan baru dari Israel atau AS akan dijawab dengan respons lebih tegas. Pernyataan ini muncul menjelang kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke AS untuk bertemu Presiden Donald Trump, di mana isu Iran kemungkinan besar dibahas, termasuk program misil Tehran.
Pezeshkian juga menyerukan persatuan nasional di dalam negeri, agar tidak dieksploitasi oleh musuh eksternal. Meski ekonomi Iran tertekan oleh sanksi dan penurunan pendapatan minyak, prioritas pemerintah tetap melindungi rakyat. Iran terus membangun kembali kemampuan militernya, termasuk stok misil, pasca-kerusakan dari konflik Juni.
Reaksi dan Situasi Regional
Reaksi internasional terhadap pernyataan ini beragam. Sekutu Eropa AS menyatakan dukungan terhadap sanksi, sementara beberapa negara mendukung diplomasi. Trump disebut akan membahas Iran dengan Netanyahu, tapi fokusnya lebih pada pencegahan daripada eskalasi langsung. Di sisi lain, Iran terus memperkuat proxy regionalnya, meski mengalami kerugian signifikan dari konflik sebelumnya.
Situasi tetap tegang, dengan laporan intelijen menyebut Iran sedang memulihkan kemampuan misilnya. Namun, belum ada indikasi serangan langsung baru dari kedua belah pihak.
Kesimpulan
Pernyataan Pezeshkian tentang perang total mencerminkan pandangan Iran bahwa konfrontasi dengan Barat telah memasuki fase multifaset, melampaui militer semata. Meski tidak ada perang terbuka saat ini, ketegangan nuklir, sanksi, dan ancaman militer terus membayangi. Pertemuan Netanyahu-Trump pekan depan bisa menjadi penentu arah selanjutnya, apakah menuju de-eskalasi atau risiko konflik baru. Dunia menantikan apakah diplomasi bisa meredakan situasi yang sudah panas ini, atau justru semakin memanaskan Timur Tengah di awal 2026.