Trump Sebut Warga AS Akan Dapat Dividen 33 Juta

trump-sebut-warga-as-akan-dapat-dividen-33-juta

Trump Sebut Warga AS Akan Dapat Dividen 33 Juta. Dalam langkah yang mengejutkan pasca-kalahnya pemilu presiden 2024, Donald Trump kembali menyuarakan janji besar-besaran kepada pendukungnya. Pada 9 November 2025, melalui platform Truth Social miliknya, mantan presiden itu mengumumkan rencana membagikan dividen sebesar minimal 2.000 dolar AS kepada setiap warga Amerika—kecuali mereka yang berpenghasilan tinggi—dari pendapatan tarif impor yang akan ditingkatkan. Pernyataan ini datang di tengah ketegangan politik pasca-pemilu, di mana Trump menyalahkan kekalahan atas “pengkhianatan” dan berjanji balas dendam ekonomi. Bukan sekadar retorika kampanye, proposal ini menggemakan ide lama Trump tentang “tarif sebagai senjata” untuk lindungi pekerja AS, tapi kini dikemas sebagai “dividen langsung” untuk jutaan keluarga. Dengan ekonomi AS yang masih goyah akibat inflasi dan ketidakpastian global, janji ini langsung memicu perdebatan sengit: apakah ini visi brilian atau sekadar umpan populis? Saat matahari terbenam di Mar-a-Lago, dunia menunggu respons dari pemerintahan yang akan datang. REVIEW KOMIK

Latar Belakang Pernyataan Trump: Trump Sebut Warga AS Akan Dapat Dividen 33 Juta

Pernyataan Trump tak muncul begitu saja. Sejak kampanye 2024, ia sering bicara soal tarif sebagai alat utama untuk “buat Amerika hebat lagi”. Setelah kalah tipis dari lawan Demokrat, Trump tampaknya gunakan momen ini untuk pertahankan pengaruh di Partai Republik. Dalam postingannya yang panjang, ia sebut, “Dividen minimal 2.000 dolar per orang (tidak termasuk orang kaya!) akan dibayarkan ke semua orang,” sambil sebut lawan tarif sebagai “bodoh” yang tak paham manfaatnya. Ini lanjutan dari proposal serupa di masa jabatan pertamanya, di mana tarif pada baja dan aluminium impor diklaim selamatkan jutaan pekerjaan manufaktur.

Ekonomi AS saat ini jadi latar yang pas untuk narasi ini. Inflasi yang mereda tapi masih di atas 3 persen, ditambah PHK di sektor teknologi, buat kelas menengah haus akan bantuan langsung. Trump hitung bahwa tarif 10-20 persen pada impor dari China dan negara lain bisa hasilkan ratusan miliar dolar setahun—cukup untuk biayai dividen ini tanpa naikkan pajak. Estimasi kasar: dengan 250 juta warga dewasa non-kaya, biaya total sekitar 500 miliar dolar, yang katanya bisa tertutup dari pendapatan tarif. Kritikus segera tunjuk fakta: di masa lalu, tarif Trump justru naikkan harga barang impor, tekan daya beli konsumen, dan picu perang dagang yang rugikan petani AS. Meski begitu, basis pendukungnya di Rust Belt langsung bersorak, lihat ini sebagai pembalasan atas “elit Washington” yang abaikan mereka.

Detail Proposal Dividen Tarif: Trump Sebut Warga AS Akan Dapat Dividen 33 Juta

Proposal Trump sederhana tapi ambisius. Dividen ini bakal dibayar langsung ke rekening bank atau cek pos, mirip stimulus COVID-19 tahun 2020 yang ia dorong. Kriteria penerima: warga AS berpenghasilan di bawah ambang batas federal—mungkin sekitar 150.000 dolar per tahun rumah tangga—dengan prioritas bagi pekerja pabrik, veteran, dan keluarga besar. Trump klaim, “Ini uang kalian yang dicuri oleh impor murah; sekarang ambil kembali!” Pendanaan utama dari tarif progresif: 60 persen pada barang China, 25 persen pada Meksiko, dan sisanya pada Eropa. Ia proyeksikan pendapatan 300-400 miliar dolar di tahun pertama, cukup untuk dividen tahunan.

Secara teknis, ini butuh undang-undang Kongres, tapi Trump sarankan eksekutif presiden bisa mulai via perintah eksekutif untuk tarif darurat. Ahli ekonomi Republik seperti Larry Kudlow, mantan penasihatnya, dukung ide ini sebagai “tarif inklusif” yang bagi hasil ke rakyat, bukan cuma korporasi. Namun, detailnya masih kabur: bagaimana hitung “orang kaya”? Apakah anak di bawah umur ikut? Dan apa dampak pada inflasi, di mana tarif bisa naikkan harga mobil atau elektronik hingga 10 persen? Trump abaikan itu, fokus pada cerita sukses: katanya, tarif masa lalu selamatkan 75.000 pekerjaan di Pennsylvania saja. Bagi pendukung, ini janji konkret di tengah janji-janji kosong politisi lain—sebuah “cek Trump” yang bisa beli groceries untuk sebulan.

Reaksi Publik dan Kritik Ekonomi

Reaksi langsung membelah. Di kalangan pendukung Trump, postingannya viral dengan jutaan like, banyak yang bagikan meme “Akhirnya, uang untuk rakyat biasa!” Survei cepat dari firma polling menunjukkan 55 persen Republik setuju, lihat ini sebagai cara pintar lawan “sosialisme Demokrat”. Di media sosial, hashtag #TariffDividend tren, dengan cerita pribadi dari pekerja Ohio yang bilang, “Ini bisa bayar tagihan medis saya.” Bahkan beberapa Demokrat moderat, seperti senator dari Michigan, akui daya tariknya bagi daerah industri.

Tapi kritik datang deras dari ekonom dan lawan politik. Joe Biden, dalam pidato transisi, sebut ini “resep rese si untuk resesi,” ingatkan bahwa tarif Trump 2018-2019 rugikan 300 miliar dolar ke konsumen AS. Organisasi seperti Tax Foundation perkirakan dividen ini cuma tutup 20 persen biaya tarif, sisanya jadi utang nasional. Perusahaan impor seperti retailer besar khawatir harga naik tekan penjualan Natal mendatang. Secara global, China ancam balas dengan tarif pada kedelai AS, picu ketakutan di Midwest. Kelompok lingkungan kritik karena tarif bisa hambat transisi energi hijau, sementara feminis soroti bahwa dividen ini abaikan ketidaksetaraan gender di pekerjaan rendah bayar. Meski begitu, Trump tetap tegar, bilang kritik datang dari “elit yang tak pernah kerja di pabrik.”

Kesimpulan

Janji dividen 2.000 dolar dari Trump adalah campuran ambisi populis dan strategi politik cerdas, lahir dari kekalahan pemilu yang pahit. Di satu sisi, ini tawarkan harapan nyata bagi jutaan warga yang merasa ditinggalkan sistem—sebuah “bagian adil” dari kekayaan nasional. Di sisi lain, risikonya besar: perang dagang baru bisa gebrak ekonomi global, naikkan harga sehari-hari, dan perlemah posisi AS di panggung dunia. Saat 2025 bergulir, proposal ini bakal uji kekuatan Trump di luar Gedung Putih, mungkin jadi blueprint bagi pemimpin populis lain. Pada akhirnya, apakah dividen ini jadi kenyataan tergantung Kongres dan pasar—tapi pesannya jelas: rakyat ingin lebih dari kata-kata, mereka ingin cek di tangan. Di tengah badai politik AS, janji ini jadi mercusuar bagi yang haus keadilan ekonomi, meski cahayanya mungkin pudar di hadapan realita keras.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *