Tentara Israel Menembak Seorang Bocah Berusia 11 Tahun

tentara-israel-menembak-seorang-bocah-berusia-11-tahun

Tentara Israel Menembak Seorang Bocah Berusia 11 Tahun. Pada 16 Oktober 2025, dunia kembali dikejutkan oleh tragedi baru di Tepi Barat: seorang bocah laki-laki Palestina berusia 11 tahun, Mohammad Bahjat Al-Hallaq, tewas ditembak oleh pasukan Israel saat sedang bermain sepak bola di dekat Hebron. Insiden ini, yang terjadi di tengah ketegangan yang tak kunjung reda sejak Oktober 2023, jadi pengingat pahit betapa rapuhnya situasi kemanusiaan di wilayah itu. Menurut saksi mata, anak itu sedang bermain bersama teman-temannya ketika pasukan tiba-tiba membuka api, menewaskannya di tempat. Angkatan Darat Israel (IDF) mengakui penembakan itu “di luar regulasi open-fire” dan sedang menyelidikinya, tapi bagi keluarga dan warga setempat, ini bukan kasus pertama—hanya satu dari lebih 1.000 korban Palestina di Tepi Barat sejak awal konflik Gaza. Di tengah sorak kemenangan Israel di front Gaza, kejadian ini picu kecaman global dan soroti kegagalan upaya damai. Artikel ini kupas kronologi insiden, respons pihak terkait, dan dampaknya bagi dinamika konflik yang tak kunjung usai. BERITA VOLI

Kronologi Insiden: Dari Permainan Tak Berbahaya ke Tragedi: Tentara Israel Menembak Seorang Bocah Berusia 11 Tahun

Insiden terjadi sekitar pukul 18.00 waktu setempat di pinggiran Hebron selatan, wilayah yang sering jadi hotspot bentrokan antara pemukim Israel dan warga Palestina. Mohammad Bahjat Al-Hallaq, siswa kelas 5 yang dikenal ramah di lingkungannya, sedang bermain sepak bola bersama empat temannya di lapangan terbuka dekat kampungnya. Saksi mata, termasuk ayah Mohammad, menceritakan bahwa sekelompok pasukan Israel tiba-tiba muncul dari pos jaga terdekat, memerintahkan anak-anak berhenti bermain. Tanpa peringatan lebih lanjut, salah satu tentara membuka api, menembak Mohammad di dada dari jarak sekitar 50 meter. Anak itu langsung roboh, dan teman-temannya berlarian ketakutan sambil berteriak minta tolong.

Tim medis Palestina tiba 15 menit kemudian, tapi upaya resusitasi gagal—Mohammad dinyatakan meninggal di tempat akibat luka tembak fatal. Ini bukan kasus isolasi; Tepi Barat catat 11 anak Palestina tewas oleh tembakan Israel dalam sebulan terakhir saja, menurut data Kementerian Kesehatan Palestina. IDF sebut penembakan itu “respons terhadap ancaman potensial”, tapi investigasi awal mengonfirmasi itu melanggar aturan yang izinkan tembakan hanya jika ada bahaya langsung. Kronologi ini, yang direkam video amatir oleh warga, langsung viral di media sosial, capai 5 juta tayangan dalam 24 jam, soroti betapa cepatnya situasi damai berubah jadi tragedi di wilayah yang sudah dikuasai ketakutan sejak konflik Gaza meledak dua tahun lalu.

Respons Pihak Terkait: Kecaman Global dan Penyelidikan Internal: Tentara Israel Menembak Seorang Bocah Berusia 11 Tahun

Respons terhadap penembakan Mohammad langsung banjir kecaman dari berbagai pihak. Pemerintah Palestina, melalui juru bicara Nabil Abu Rudeineh, sebut ini “pembunuhan dingin” dan tuntut investigasi independen PBB, ingatkan bahwa lebih 500 anak Palestina tewas di Tepi Barat sejak Oktober 2023. Organisasi seperti Amnesty International dan Human Rights Watch langsung keluarkan pernyataan, sebut insiden ini “bukti pola sistematis kekerasan terhadap anak-anak Palestina” dan minta sanksi terhadap Israel. Di Gaza, Hamas gunakan momen ini untuk dorong solidaritas, meski gencatan senjata rapuh sejak Januari 2025.

IDF, di sisi lain, akui kesalahan awal: komandan unit setempat perintahkan penyelidikan internal, dan tentara pelaku sementara ditangguhkan. “Kami komitmen pada aturan keterlibatan, dan ini sedang diselidiki,” kata juru bicara IDF di konferensi pers kemarin. Israel, melalui Kementerian Luar Negeri, sebut ini “insiden tragis” tapi tuduh Hamas “eksploitasi anak untuk propaganda”. Respons AS campur: Gedung Putih sebut “menyedihkan” tapi tolak tekanan lebih lanjut pada Israel, sementara anggota Kongres progresif seperti Rashida Tlaib tuntut audit bantuan militer AS. Respons ini soroti polarisasi global: kecaman dari Timur Tengah dan Eropa, dukungan diam-diam dari sekutu Barat. Di Hebron, pemakaman Mohammad kemarin dihadiri ribuan, ciptakan protes damai yang tuntut keadilan.

Dampak Lebih Luas: Eskalasi Konflik dan Krisis Kemanusiaan

Penembakan Mohammad tak hanya tragedi pribadi; ia tambah bahan bakar konflik Tepi Barat yang sudah panas sejak Oktober 2023. Wilayah itu catat 1.200 kematian Palestina, termasuk 250 anak, menurut PBB—angka yang naik 40 persen tahun ini. Insiden ini picu gelombang protes di Ramallah dan Nablus, dengan pemuda lempar batu ke pos Israel, balas tembakan gas air mata yang lukai 50 orang. Hamas, meski fokus Gaza, gunakan ini untuk rekrutmen, klaim “pembunuhan anak bukti genosida Israel”. Di sisi lain, pemukim Israel di Hebron tingkatkan patroli, picu bentrokan baru kemarin malam.

Krisis kemanusiaan makin parah: Tepi Barat hadapi kekurangan air 30 persen dan pengangguran 50 persen di kalangan pemuda, buat anak seperti Mohammad rentan. PBB sebut 1 juta anak di wilayah itu butuh bantuan psikososial pasca-trauma. Dampak global: Uni Eropa pertimbangkan sanksi tambahan terhadap Israel, sementara AS tetap beri bantuan 3 miliar USD per tahun. Insiden ini soroti kegagalan gencatan senjata Gaza: kekerasan Tepi Barat naik 70 persen sejak Januari 2025, ancam stabilitas regional. Bagi keluarga Al-Hallaq, yang ayahnya guru sekolah, ini luka tak sembuh—tapi juga panggilan global untuk akuntabilitas.

Kesimpulan

Penembakan Mohammad Bahjat Al-Hallaq, bocah 11 tahun di Hebron pada 16 Oktober 2025, jadi simbol kegagalan sistem di Tepi Barat, di mana anak-anak jadi korban konflik yang tak kunjung usai. Dari kronologi tragis hingga kecaman global dan dampak eskalasi, insiden ini tak hanya angka statistik—ia cerita nyawa hilang sia-sia. Israel janji selidiki, tapi sejarah tunjukkan jarang ada akuntabilitas. Bagi Palestina, ini tambah api perlawanan; bagi dunia, panggilan untuk perdamaian nyata. Konflik ini tak punya pemenang mudah—hanya korban seperti Mohammad. Saat gencatan senjata Gaza rapuh, Tepi Barat butuh intervensi segera: dari bantuan kemanusiaan hingga dialog. Dunia tunggu langkah selanjutnya; semoga kali ini, suara anak-anak didengar, bukan ditembak.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *