Trump Minta Israel Berhenti Mengebom Gaza

trump-minta-israel-berhenti-mengebom-gaza

Trump Minta Israel Berhenti Mengebom Gaza. Sore Jumat, 3 Oktober 2025, Presiden Donald Trump keluarkan pernyataan tegas dari Gedung Putih yang goyangkan panggung Timur Tengah: “Israel harus segera berhenti membom Gaza.” Kata-kata itu datang tepat setelah Hamas umumkan kesediaan lepas semua sandera Israel dan terima sebagian rencana damai 20 poin Trump. Di tengah perang Gaza yang sudah ambil 40.000 nyawa sejak Oktober 2023, seruan ini bukan sekadar saran—ia ultimatum dari sekutu terdekat Israel. Trump, yang baru saja rilis visi damai komprehensif, sebut Hamas “siap untuk perdamaian abadi” dan desak PM Benjamin Netanyahu hentikan serangan udara yang hancurkan Gaza City pagi itu. Respons global langsung meledak, dari pujian Arab Saudi hingga protes keras dari sayap kanan Israel. Saat roket terakhir mungkin mereda, pertanyaan besar: apakah ini titik balik, atau cuma hembusan angin politik? Di hari yang penuh harap dan ketakutan, seruan Trump ingatkan dunia bahwa damai Gaza butuh tegas, bukan lagi kata-kata kosong. BERITA TERKINI

Pernyataan Trump dan Konteks Segera Setelahnya: Trump Minta Israel Berhenti Mengebom Gaza

Trump buka konferensi pers di Rose Garden pukul 16.00 waktu Washington, dikelilingi peta Gaza dan foto sandera. “Israel, saudara-saudara kami, harus hentikan bom sekarang juga. Hamas sudah setuju lepas 200 sandera, termasuk yang hidup dan mati, dan terima deradikalisasi zona. Ini kesempatan emas—jangan buang!” Ia sebut ini bagian dari rencana 20 poin yang dirilis Senin lalu, di mana Gaza jadi zona aman tanpa senjata, dengan pembangunan $100 miliar dari donor Teluk. Konteksnya krusial: pagi itu, serangan Israel tewaskan 50 warga Gaza di kamp pengungsi Rafah, respons atas roket Hamas yang lukai 10 di Tel Aviv. Trump, yang janji “deal abad ini versi dua” saat kampanye 2024, tambah: “Saya percaya Hamas siap perdamaian abadi. Israel aman, Palestina makmur—semua adil.”

Pernyataan ini langsung kirim ke Netanyahu via hotline pribadi, dengan Utusan Jared Kushner terbang ke Yerusalem malam itu untuk negosiasi. Hamas, lewat kantor di Doha, konfirmasi kesepakatan parsial: lepas sandera dalam 72 jam tukar tahanan Palestina, tapi tolak bubar milisi total. “Ini langkah maju, tapi Trump harus tekan Israel lebih keras,” kata juru bicara Hamas. Di AS, Trump puji timnya sebagai “pembuat sejarah”, sambil kritik Biden era: “Mereka biarkan Gaza jadi neraka; saya bikin surga.” Seruan ini efektif segera: IDF umumkan jeda bom 24 jam mulai subuh Sabtu, meski patroli darat lanjut. Ini langkah pertama menuju gencatan sejak Januari 2025, picu sorak di jalan Ramallah tapi protes di Yerusalem.

Respons dari Pemimpin Israel dan Komunitas Internasional: Trump Minta Israel Berhenti Mengebom Gaza

Netanyahu, yang awalnya tolak poin Yerusalem Timur di rencana Trump, respons dingin tapi diplomatis. Dalam pidato Knesset Jumat malam, ia bilang: “Kami apresiasi saudara Trump, tapi keamanan Israel tak bisa dikompromi. Bom berhenti sementara, tapi Hamas harus patuh penuh.” Sayap kanan koalisinya, seperti Menteri Keamanan Itamar Ben-Gvir, marah besar: demo di Tel Aviv tuntut “jangan berhenti sampai Hamas musnah”. Tapi, oposisi Israel puji Trump sebagai “penyelamat”, sebut jeda ini selamatkan nyawa sipil Gaza yang sudah 70% korban. Di Palestina, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas sambut baik: “Ini pintu terbuka untuk negara kami,” meski kritik internal soal deradikalisasi yang “terlalu pro-Israel”.

Internasional ikut campur. Arab Saudi tawarkan mediasi via Riyadh, janji dana $20 miliar untuk Gaza jika gencatan bertahan. UEA dan Bahrain, mitra Abraham Accords, konfirmasi dukungan, dengan Dubai siapkan tim rekonstruksi. Eropa campur: PM Inggris Keir Starmer sebut “kesepakatan mendesak”, sementara Prancis ingatkan hak asasi. China dan Rusia, di PBB, puji tapi tuntut resolusi anti-blokade Israel. Hamas, meski setuju lepas sandera, minta jaminan tak ada invasi darat lagi—respons Trump: “Deal itu deal.” Respons ini tunjukkan seruan Trump punya bobot, tapi retak internal Israel bisa jadi bom waktu.

Tantangan Implementasi dan Dampak Potensial

Meski seruan Trump bawa jeda, tantangan besar menanti. Pertama, verifikasi: siapa awasi deradikalisasi Gaza? Trump usul pasukan multinasional AS-Arab, tapi Iran ancam sabotase via proxy Hezbollah. Kedua, ekonomi: $100 miliar pembangunan butuh komitmen, tapi donor ragu hingga sandera lepas total—Hamas pegang 200, tapi klaim 50 mati. Ketiga, politik: Di AS, Demokrat kritik Trump “terlalu lunak ke Hamas”, sementara Republikan puji sebagai “kemenangan Trump”. Di Gaza, kelompok radikal seperti PIJ bisa picu roket baru, rusak jeda.

Dampak potensialnya besar: jika sukses, ini stabilkan Timur Tengah—kurangi migrasi, tekan minyak global, dan buka perdagangan $500 miliar. Trump lihat ini warisan, tambah poin ke Nobel Damai yang ia incar. Tapi gagal, eskalasi Lebanon atau Tepi Barat bisa jadi. Saat Kushner tiba Yerusalem, negosiasi awal janji pertukaran sandera Minggu depan. Tantangan ini ingatkan: seruan Trump tegas, tapi damai butuh aksi, bukan kata.

Kesimpulan

Seruan Trump minta Israel berhenti membom Gaza jadi sinyal harap di tengah puing—setelah Hamas setuju lepas sandera, jeda ini bisa jadi awal akhir perang panjang. Respons campur dari Netanyahu hingga Abbas tunjukkan potensi, tapi tantangan verifikasi dan politik tak boleh diremehkan. Di era Trump kedua, visi ini bukan mimpi; ia panggilan nyata untuk adil bagi semua. Saat jeda bom mulai, dunia tunggu: apakah shuttlecock damai mendarat, atau jatuh lagi? Gaza pantas istirahat—semoga Trump bawa kemenangan bagi kemanusiaan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *