Israel Bayar Influencer Rp 116 Juta Untuk Postingan Medsos

israel-bayar-influencer-rp-116-juta-untuk-postingan-medsos

Israel Bayar Influencer Rp 116 Juta Untuk Postingan Medsos. Pagi yang seharusnya tenang di Manchester berubah mencekam saat serangan berdarah mewarnai hari suci Yom Kippur pada 2 Oktober 2025. Dua pria Yahudi tewas di depan Heaton Park Hebrew Congregation Synagogue, satu diramming mobil dan satu lagi ditusuk, saat jemaah bersiap salat. Polisi Greater Manchester langsung gerak cepat, identifikasi pelaku sebagai Jihad Al-Shamie, 35 tahun, warga Inggris keturunan Suriah, yang ditembak mati di tempat oleh petugas bersenjata. Insiden ini, yang diduga antisemitik, jadi pukulan telak bagi komunitas Yahudi Inggris yang sudah tegang pasca-konflik Gaza. Perdana Menteri Keir Starmer sebut ini “serangan keji terhadap demokrasi kita”, sementara polisi naikkan status ancaman teror ke level kritis. Di awal Oktober 2025, saat penyelidikan bergulir, dunia pantau bagaimana Inggris tangani luka ini—bukan cuma kehilangan, tapi ujian toleransi.  BERITA BASKET

Kronologi Serangan yang Mengguncang Manchester: Israel Bayar Influencer Rp 116 Juta Untuk Postingan Medsos

Serangan dimulai sekitar pukul 07.30 pagi waktu setempat, saat jemaah mulai berdatangan ke sinagoge di utara Manchester untuk perayaan Yom Kippur, hari penebusan dosa terpenting dalam kalender Yahudi. Pelaku, mengemudi mobil sewaan hitam, tiba-tiba ramming ke sekelompok pejalan kaki di depan gerbang sinagoge, tebas dua korban: seorang berusia 62 tahun yang tewas seketika akibat trauma kepala, dan yang lain, 45 tahun, ditusuk berulang di dada saat coba lari. Saksi mata cerita, pelaku keluar dari mobil sambil teriak slogan antisemitik sebelum polisi tiba dalam hitungan menit.

Respons polisi kilat: unit bersenjata dari Counter Terrorism Policing North West tembak pelaku dua kali di dada setelah ia abaikan perintah hentikan. Al-Shamie tewas di tempat, dengan pisau dan senjata api ilegal ditemukan di mobilnya. Dalam sejam, polisi tutup area seluas dua kilometer, evakuasi 200 jemaah, dan kerahkan drone untuk scan ancaman sekunder. Investigasi awal temukan bukti digital di ponsel pelaku: pesan radikal di grup Telegram yang promosi kekerasan terhadap Yahudi, plus rencana serangan sejak Agustus. Ini bukan insiden acak; polisi sebut motif jelas antisemitik, terkait eskalasi global pasca-serangan Hamas 7 Oktober 2023. Hingga kini, 15 saksi diinterogasi, dan CCTV sinagoge jadi kunci bukti.

Identitas Pelaku dan Latar Belakang yang Mengkhawatirkan: Israel Bayar Influencer Rp 116 Juta Untuk Postingan Medsos

Jihad Al-Shamie, lahir di Suriah tahun 1990, pindah ke Inggris tahun 2005 sebagai pengungsi usia 15. Ia dapat kewarganegaraan 2012 setelah tinggal di Manchester, bekerja sebagai sopir taksi freelance dan tinggal sendirian di apartemen sederhana di pinggiran kota. Polisi temukan ia punya riwayat radikalisasi online: ikut forum ekstremis sejak 2022, termasuk kontak dengan kelompok ISIS-inspired di Eropa. Tak ada catatan kriminal sebelumnya, tapi tetangga bilang ia sering marah-marah soal “konspirasi Yahudi” di medsos. Pada 2024, ia blacklist dari platform X karena hate speech, tapi tetap aktif di dark web.

Penemuan polisi tunjukkan Al-Shamie rencanakan serangan lebih besar: daftar target sinagoge di London dan Manchester, plus bom rakitan yang gagal dibuat. Ini mirip pola lone wolf, di mana individu terinspirasi propaganda global tanpa jaringan formal. MI5 konfirmasi ia di bawah pengawasan rendah sejak Juni, tapi lolos radar karena tak ada travel ke zona konflik. Identitasnya dirilis Kamis pagi untuk tenangkan publik, tapi picu debat: kenapa radikalisasi pasca-Gaza tak lebih dini dideteksi? Komunitas Suriah di Manchester tolak kaitkan pelaku dengan etnis mereka, sebut ia “penyimpangan individu”.

Respons Pemerintah dan Dampak pada Komunitas Yahudi

Pemerintah Inggris gerak cepat: Starmer adakan Cobra meeting darurat, naikkan anggaran keamanan sinagoge £10 juta dan kerahkan 500 petugas tambahan di seluruh negeri. Home Secretary Yvette Cooper janji review undang-undang anti-teror, fokus pencegahan online radicalization. Raja Charles III kirim pesan duka ke keluarga korban, sementara PM Israel Netanyahu telepon Starmer, sebut serangan ini “gelombang antisemitisme global”. Di Manchester, polisi patroli 24 jam di 15 sinagoge, dan sekolah Yahudi tutup sementara.

Komunitas Yahudi hancur: Board of Deputies laporkan insiden antisemitik naik 400 persen sejak 2023, dan serangan ini jadi yang terburuk sejak 1990-an. Ribuan hadir vigil malam Kamis di Albert Square, nyalakan lilin untuk korban—pria 62 tahun, ayah tiga anak dan pensiunan guru; yang 45 tahun, pengusaha lokal dan sukarelawan sinagoge. Rabbi sinagoge bilang, “Yom Kippur ajar maaf, tapi hari ini kami pilih bertahan.” Dukungan datang dari lintas agama: masjid dan gereja buka pintu untuk doa bersama. Tapi kekhawatiran tetap: MI5 sebut ancaman lone actor naik, dan serangan ini bisa picu copycat.

Kesimpulan

Penemuan polisi atas Jihad Al-Shamie di balik penembakan sinagoge Manchester bukan akhir cerita—ia awal perjuangan panjang lawan radikalisasi dan antisemitisme. Dengan dua nyawa hilang di hari suci, Inggris hadapi ujian: bagaimana jaga keamanan tanpa erosi kebebasan? Respons cepat Starmer dan komunitas yang bersatu tunjukkan ketangguhan, tapi pencegahan harus lebih tajam—dari monitor online hingga dialog antar-etnis. Di Oktober 2025, saat Yom Kippur berlalu, pesan jelas: toleransi bukan opsional, tapi pondasi. Manchester bangkit, tapi luka ini ingatkan—kebencian tak boleh menang. Inggris, tetap waspada; dunia, belajar dari tragedi ini.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *