50 Orang Meninggal Usai Diserang Geng Haiti

50-orang-meninggal-usai-diserang-geng-haiti

50 Orang Meninggal Usai Diserang Geng Haiti. Tragedi mengerikan melanda Haiti pada 14 September 2025, ketika serangan brutal oleh geng bersenjata di kawasan Port-au-Prince menewaskan sedikitnya 50 orang, termasuk perempuan dan anak-anak. Kekerasan ini memperparah krisis keamanan di negara Karibia tersebut, yang telah lama dilanda ketidakstabilan politik dan ekonomi. Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya kekuatan geng-geng lokal yang menguasai sebagian besar ibu kota, membuat warga sipil hidup dalam ketakutan. Artikel ini akan mengulas apa itu geng Haiti, respons pemerintah terhadap serangan, tindakan polisi, dan dampaknya pada situasi saat ini. BERITA BASKET

Apa Itu Geng Haiti
Geng-geng di Haiti adalah kelompok bersenjata yang mengendalikan wilayah tertentu, terutama di Port-au-Prince, dengan aktivitas mulai dari perdagangan senjata, narkoba, hingga pemerasan. Salah satu geng paling terkenal adalah G9 Family and Allies, yang dipimpin oleh figur seperti Jimmy “Barbecue” Chérizier, serta kelompok rival seperti 400 Mawozo. Geng-geng ini mulai menguat sejak keruntuhan keamanan setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada Juli 2021, memanfaatkan lemahnya pemerintahan dan kepolisian. Hingga 2025, diperkirakan 80% wilayah Port-au-Prince dikuasai geng, dengan ribuan anggota bersenjata.

Serangan pada 14 September terjadi di kawasan Carrefour-Feuilles, yang diklaim sebagai wilayah G9. Geng ini menggunakan senjata otomatis dan bahan peledak untuk menyerang permukiman, diduga sebagai balasan atas upaya warga menentang pemerasan. Kekerasan geng telah menyebabkan ribuan kematian dan ratusan ribu pengungsi dalam beberapa tahun terakhir, dengan situasi semakin memburuk akibat kemiskinan ekstrem dan kurangnya akses ke layanan dasar seperti air dan listrik.

Bagaimana Pemerintah Menanggapi Kejadian Ini
Pemerintah Haiti, di bawah Perdana Menteri Garry Conille, segera mengutuk serangan tersebut sebagai “tindakan biadab” dan berjanji untuk meningkatkan keamanan. Pada 15 September 2025, Conille mengumumkan keadaan darurat di Port-au-Prince, memperpanjang jam malam, dan mengerahkan unit khusus kepolisian untuk mengamankan kawasan yang terdampak. Pemerintah juga meminta bantuan tambahan dari pasukan multinasional yang dipimpin Kenya, yang mulai dikerahkan sejak 2024 untuk membantu memerangi geng. Namun, dengan hanya 2.000 personel asing di lapangan, upaya ini masih terbatas dibandingkan skala ancaman.

Conille juga mengadakan rapat darurat dengan Dewan Transisi Nasional untuk merumuskan strategi jangka panjang, termasuk rencana perekrutan polisi baru dan peningkatan anggaran keamanan. Namun, pemerintah menghadapi tantangan besar karena korupsi sistemik dan kurangnya sumber daya, yang membuat banyak warga skeptis terhadap janji-janji ini. Beberapa kelompok masyarakat sipil menyerukan dialog dengan geng untuk meredakan kekerasan, meskipun opsi ini menuai kontroversi karena dianggap melegitimasi kelompok kriminal.

Apakah Polisi Sudah Menangkap Beberapa Orang dari Geng Tersebut
Hingga 16 September 2025, kepolisian Haiti, dibantu pasukan multinasional, telah menangkap tujuh anggota geng yang diduga terlibat dalam serangan di Carrefour-Feuilles. Operasi penggerebekan dilakukan di wilayah Delmas dan Cité Soleil, tempat persembunyian anggota G9. Polisi menyita senjata api, amunisi, dan beberapa bahan peledak dalam operasi ini. Namun, pemimpin utama seperti Chérizier masih buron, dan geng-geng ini dikenal memiliki jaringan luas yang sulit dilacak.

Meski ada penangkapan, polisi menghadapi tantangan besar karena kurangnya personel dan peralatan, serta ancaman balasan dari geng. Dalam beberapa kasus, anggota geng yang ditangkap dibebaskan akibat tekanan atau suap, menambah ketidakpercayaan warga terhadap sistem keadilan. Pasukan multinasional Kenya melaporkan kemajuan dalam mengamankan pelabuhan utama Port-au-Prince, tetapi serangan sporadis oleh geng terus terjadi, menunjukkan bahwa upaya penegakan hukum belum sepenuhnya efektif.

Kesimpulan: 50 Orang Meninggal Usai Diserang Geng Haiti
Serangan geng di Haiti pada 14 September 2025, yang menewaskan 50 orang, menyoroti krisis keamanan yang terus memburuk di negara itu. Geng-geng seperti G9 memanfaatkan kekosongan kekuasaan dan kemiskinan untuk menguasai wilayah, menciptakan ketakutan bagi warga sipil. Respons pemerintah, meski menunjukkan keseriusan dengan keadaan darurat dan penangkapan, masih terhambat oleh keterbatasan sumber daya dan korupsi. Dengan situasi kemanusiaan yang kian genting, Haiti membutuhkan dukungan internasional yang lebih kuat dan strategi jangka panjang untuk memutus siklus kekerasan. Untuk saat ini, warga Port-au-Prince terus hidup dalam bayang-bayang ancaman, berharap solusi nyata segera datang.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *