Putin Sampaikan Duka Atas Bencana di Sumatera. Duka cita dunia atas bencana alam dahsyat yang melanda Sumatra terus mengalir, kali ini dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Pada 29 November 2025, Putin sampaikan pesan belasungkawa mendalam kepada Presiden Indonesia Prabowo Subianto atas korban jiwa dan kerusakan luas akibat banjir bandang di utara Pulau Sumatra. Badai Siklon Tropis Senyar, yang muncul sejak 20 November, picu hujan ekstrem hingga longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, tewaskan lebih dari 961 jiwa, hilangkan 234 orang, dan lukai 5.000 lainnya. Lebih dari satu juta warga mengungsi, dengan jaringan komunikasi dan jalan raya terputus total. Pesan Putin, yang disebar Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, jadi simbol solidaritas internasional di tengah Hari Antikorupsi Sedunia yang ironisnya soroti kelalaian lingkungan. Di saat pencarian korban masih berlangsung, ucapan ini ingatkan bahwa bencana tak kenal batas, dan dukungan global krusial untuk pemulihan. INFO SLOT
Pesan Belasungkawa Putin yang Tulus: Putin Sampaikan Duka Atas Bencana di Sumatera
Vladimir Putin sampaikan duka citanya melalui surat resmi yang dibagikan Kedubes Rusia pada 30 November 2025. “Yang Terhormat Bapak Presiden, terimalah ucapan belasungkawa yang mendalam terkait jatuhnya banyak korban jiwa serta kerusakan berskala besar akibat banjir di bagian utara Pulau Sumatra,” tulisnya, lanjutkan bahwa Rusia ikut berduka atas kehilangan orang tercinta dan harap wilayah terdampak segera pulih ke kehidupan normal yang aman. Pesan ini tiba saat Prabowo sedang kunjungi lokasi bencana di Sumatera Utara, di mana ia akui jalan masih terputus tapi tim lakukan segala upaya. Putin, yang bertemu Prabowo di Moskow Juli 2024 untuk bahas kerjasama bilateral, tunjukkan hubungan kedua negara yang hangat—dari perdagangan hingga bantuan kemanusiaan. Ucapan ini viral di media sosial Indonesia, di mana netizen Rusia dan lokal saling dukung, tambah kekuatan emosional di tengah duka nasional.
Dampak Bencana yang Masih Berlanjut: Putin Sampaikan Duka Atas Bencana di Sumatera
Bencana ini jadi salah satu yang terparah di Asia Tenggara 2025, dengan BNPB laporkan 961 tewas hingga 8 Desember, mayoritas di Sumatera Utara (283 jiwa) dan Aceh. Siklon Senyar, yang mendarat 25 November di Selat Malaka, bawa hujan lebat hingga longsor di Tapanuli Tengah dan Agam, putuskan jembatan kembar ikonik di Sumatera Barat. Lebih dari 1,1 juta terdampak, 570 ribu mengungsi, dan ribuan desa terisolasi tanpa listrik. Di Aceh, rumah sakit Tamiang rusak parah, dengan bayi meninggal dan enam selamat—cerita pilu yang bikin perawat lokal sesal tak bisa lakukan lebih. Penyakit seperti diare dan demam merebak karena lumpur dan air kotor, sementara tim SAR gunakan gajah Sumatra untuk bersihkan puing. Pemerintah pusat keluarkan status darurat nasional, tapi kritik muncul soal lambatnya bantuan karena birokrasi dan kerusakan infrastruktur.
Faktor Lingkungan dan Respons Internasional
Para ahli sebut deforestasi jadi biang kerok utama, dengan jutaan hektare hutan Sumatra hilang sejak 1990 akibat tambang emas, perkebunan sawit, dan penebangan liar. Laporan Asian Development Bank (ADB) peringatkan bahwa perubahan iklim ancam miliaran jiwa di Asia, dengan banjir seperti ini naik 40 persen. Di Batang Toru, Sumatera Utara, kayu gelondongan jadi “proyektil” yang hantam bangunan, bukti penebangan hulu perburuk longsor. Menteri Lingkungan Hanif Faisol Nurofiq akui bencana bukan murni alam, dan rencanakan evaluasi izin usaha. Respons global mengalir deras: Putin bukan satu-satunya, tapi ikut bantu Starlink gratis dari Elon Musk hingga akhir Desember untuk komunikasi korban, plus bantuan Thailand dan Malaysia yang alami dampak serupa (181 tewas di Thailand). Prabowo janji beli 200 helikopter 2026 untuk mitigasi bencana, selaras dengan Asta Cita pemerintahannya.
Kesimpulan
Pesan duka Putin atas bencana Sumatra jadi jembatan solidaritas Rusia-Indonesia di saat duka mendalam, di mana 961 nyawa hilang dan jutaan terdampak banjir bandang Siklon Senyar. Dari longsor di Aceh hingga penyakit pasca-bencana, tragedi ini soroti urgensi lawan deforestasi dan perubahan iklim, dengan pemerintah pusat dan daerah harus percepat respons. Ucapan internasional seperti Putin beri harapan, tapi pemulihan butuh aksi nyata: dari helikopter baru hingga audit lingkungan. Bagi korban, doa dan bantuan jadi pegangan; bagi kita, pelajaran agar bencana seperti ini tak terulang. Solidaritas global kuatkan langkah, dan Indonesia bangkit lebih tangguh.