Dewan Sentral Yahudi Minta Kanselir Merz Tetap Dukung Israel. Pada 17 September 2025, Dewan Sentral Yahudi di Jerman menyerukan Kanselir Friedrich Merz untuk tetap teguh mendukung Israel, di tengah peringatan 75 tahun berdirinya organisasi ini. Seruan ini muncul saat Jerman menghadapi tekanan politik domestik dan internasional terkait posisinya dalam konflik Israel-Palestina, terutama setelah tuduhan genosida di Gaza mencuat. Pernyataan ini disampaikan dalam acara peringatan di Berlin, yang dihadiri Merz sendiri, menegaskan pentingnya hubungan Jerman-Israel yang berpijak pada tanggung jawab sejarah pasca-Holocaust. Artikel ini akan mengupas siapa Dewan Sentral Yahudi, hubungannya dengan Merz, dampak jika dukungan terhadap Israel melemah, dan implikasinya bagi Jerman. BERITA BOLA
Siapa Itu Dewan Sentral Yahudi
Dewan Sentral Yahudi Jerman, atau Zentralrat der Juden in Deutschland, didirikan pada 19 Juli 1950 di Frankfurt sebagai wadah bagi komunitas Yahudi pasca-Holocaust. Awalnya, organisasi ini dibentuk untuk mewakili segelintir penyintas Holocaust yang memilih tetap tinggal di Jerman sebelum beremigrasi. Seiring waktu, Dewan ini berkembang menjadi payung bagi 105 komunitas Yahudi dengan sekitar 100 ribu anggota, termasuk imigran Yahudi dari bekas Uni Soviet pasca-1990. Dipimpin oleh Presiden Josef Schuster sejak 2014, organisasi ini berperan besar dalam advokasi hukum terkait restitusi kejahatan Nazi dan mempromosikan kehidupan Yahudi di Jerman.
Dewan ini juga aktif menyuarakan isu-isu seperti pemberantasan antisemitisme, yang kian meningkat di Jerman, dengan laporan Biro Kriminal Federal mencatat 6.200 kasus kejahatan bermotif antisemitisme pada 2024, naik 21% dari tahun sebelumnya. Selain itu, Dewan Sentral Yahudi menjalin hubungan erat dengan pemerintah Jerman untuk memastikan keamanan komunitas Yahudi dan mendukung kebijakan pro-Israel sebagai bagian dari tanggung jawab historis Jerman.
Bagaimana Hubungan Dewan Sentral Yahudi Dengan Kanselir Merz
Kanselir Friedrich Merz, yang menjabat sejak awal 2025 sebagai pemimpin Partai CDU, dikenal sebagai pendukung kuat Israel. Dalam peringatan 75 tahun Dewan Sentral Yahudi di Berlin pada 17 September 2025, Merz hadir dan menyampaikan pidato yang menegaskan komitmen Jerman terhadap keamanan Israel sebagai “bagian tak tergoyahkan dari fondasi normatif” negaranya. Presiden Dewan, Josef Schuster, memuji Merz atas sikapnya, namun juga mendesak agar dukungan ini tidak goyah di tengah tekanan dari negara-negara Eropa lain atau politisi domestik yang mulai mempertanyakan kebijakan Israel di Gaza.
Hubungan Merz dengan Dewan Sentral Yahudi terjalin erat sejak ia menjabat sebagai kanselir. Ia kerap mengundang perwakilan Dewan untuk berdiskusi tentang isu antisemitisme dan hubungan bilateral dengan Israel. Namun, Merz juga berada di posisi sulit karena kritiknya terhadap operasi militer Israel di Gaza pada Mei 2025, yang disebutnya melanggar hukum humaniter internasional, sempat memicu ketegangan dengan beberapa anggota Dewan. Meski begitu, Merz menegaskan bahwa kritiknya terhadap kebijakan tertentu bukan berarti mengurangi dukungan terhadap eksistensi Israel, sebuah sikap yang mendapat sambutan positif dari Dewan.
Apa Jadinya Jika Kanselir Merz Tidak Lagi Mendukung Israel
Jika Merz mengurangi dukungan Jerman terhadap Israel, dampaknya bisa signifikan, baik secara domestik maupun internasional. Secara domestik, hal ini berpotensi memicu ketegangan dengan komunitas Yahudi di Jerman, yang melihat dukungan terhadap Israel sebagai bagian dari komitmen pasca-Holocaust. Dewan Sentral Yahudi telah memperingatkan bahwa melemahnya dukungan bisa memperburuk antisemitisme, yang sudah meningkat tajam. Selain itu, partai oposisi seperti AfD, yang kini mendapat dukungan 26% menurut survei Forsa Agustus 2025, bisa memanfaatkan isu ini untuk menyerang Merz dan pemerintahannya.
Di kancah internasional, Jerman adalah salah satu pendukung utama Israel di Eropa, bersama Amerika Serikat. Jika Jerman mengubah sikapnya, hal ini bisa memengaruhi dinamika diplomatik di Uni Eropa, yang saat ini sedang mempertimbangkan peninjauan Perjanjian Asosiasi dengan Israel karena isu Gaza. Hal ini juga berpotensi melemahkan posisi Israel di panggung global, terutama di tengah tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). Namun, Merz sendiri telah berjanji bahwa dukungan Jerman akan tetap kuat, meski dengan catatan bahwa kritik terhadap kebijakan tertentu Israel tetap diperlukan untuk menjaga kredibilitas Jerman sebagai mediator di Timur Tengah.
Kesimpulan: Dewan Sentral Yahudi Minta Kanselir Merz Tetap Dukung Israel
Seruan Dewan Sentral Yahudi kepada Kanselir Merz untuk tetap mendukung Israel mencerminkan betapa pentingnya hubungan ini bagi komunitas Yahudi Jerman dan tata kelola geopolitik Eropa. Sebagai organisasi yang mewakili penyintas Holocaust dan komunitas Yahudi modern, Dewan ini memainkan peran kunci dalam menjaga memori sejarah dan mendorong kebijakan pro-Israel. Meski Merz menunjukkan komitmen kuat, tekanan domestik dan internasional menempatkannya di posisi sulit untuk menyeimbangkan dukungan terhadap Israel dengan kritik terhadap kebijakan tertentu. Jika dukungan ini melemah, dampaknya bisa terasa hingga ke stabilitas domestik dan posisi Jerman di dunia. Langkah Merz ke depan akan menjadi ujian nyata bagi komitmen Jerman terhadap tanggung jawab sejarahnya, sekaligus kemampuannya menavigasi dunia yang semakin terpolarisasi.